soal 2

Saparua dan Jejak Moyang

Saparua, pulau kecil dalam gugusan pulau—pulau Lease. Tepat usia 30 tahun, pulau berjulukan Nusa Sapanorua saya kunjungi. Kunjungan tersebut adalah untuk ketiga kalinya sejak tahun 2009, dan 2013. Ada banyak sejarah dari pulau ini. Selain sejarah perjuangan Pattimura, Said Perintah, dll. Salah satunya, Saparua adalah tanah putus pusa moyang saya. Saya hanya mendengar cerita dari Bapak ketika menemani beliau jalan—jalan atau pameri kusu—kusu. Sambil beristirahat di bawah pohon cengkeh, Beliau selalu menceritakan perihal asal usul moyang—moyang," Abang, nanti jaga pi di kamong moyang pung kampung." Almarhum Bapak saya adalah perantau ulung. Hidup beliau lebih banyak antarlautan, atarpulau sehingga sangat banyak yang beliau tau. Surga menyertaimu. Banyak nilai—nilai kehidupan yang diwariskan bagi saya dan kakak—kakak, nilai—nilai tersebut saya dapat padanan katanya dalam bahasa Siri Sori Islam,” iyoi waha ulele, yang bermakna hidup tidak boleh harap gampang.” Kembali ke topik, perjalanan ke Saparua, lebih tepat ke Siri Sori Islam atau SSI, saya menumpangi speed boat mini bermuatan 7—8 orang. Perjalanan dari kota Masohi mengharuskan saya harus bermalam semalam di Ambon. Alhamdulillah puji Allah, pukul 08.15 bertolak dari pelabuhan Mamokeng (Tulehu) ke Haria (Saparua). Cuaca pagi agak—agak ekstrim. Langit mendung dan berkabut dari arah gunung Salahutu. Walau ombak tidak terlalu mengamuk, tapi tubuh agak merinding. Badan speed yang mungil dimain seperti ayunan. Atau seperti tupai yang sedang melompat—lompat di atas perbukitan Teletubbies. Nah, ini Seram. Geraman ombak membuat jantung berdenyut naik turun. Tapi sang driver terlihat santai meski penumpang ada yang panik dan muntah—muntah. Perjalanan ke Haria memakan waktu kurang lebih satu jam. Cuaca Desember ini tak menentu. Kata orang," iko--iko alam pung mau sa." Dari Haria, saya diboncengi dengan sepeda motor menuju Negeri Siri Sori Islam. Keadaan masyarakat Saparua yang multikultural sangat mempengaruhi interaksi antarmasyarakat. Ada yang menarik. Sebelum memasuki gerbang SSI, kita akan melewati adik gandongnya yaitu Siri Sori Sarani yang beragama Kristen Prostestan. Nah, saya juga baru tau bahwa ternyata selain benteng Duurstede di Saparua, ada juga benteng yang didirikan oleh Portugis di Negeri Ouw yaitu benteng Ouw. Angin siang yang berhembus dari laut, menyegarkan panas terik siang ini. Motor melaju masuk lorong—lorong kecil di negeri ElHau ini. Saya masih belum puas. Harus saya temukan lagi jejak baru. Dari percakapan saya, ternyata di SSI ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu adanya tempat pertemuan yang disebut dengan Hatam. Hatam terdiri atas 3. Masing-masing dusun mempunyai Hatamnya yaitu Dusun Manhua (Hatam I), Dusun Patirihu (Hayam II), Dusun Salaiku (Hatam III). Kebetulan saya nginap dan bergiat di MTs Negeri 4 Maluku Tengah berada di daerah Hatam III.

Komentar