|
dok. pribadi |
Setiap manusia akan melalui ujian. Tanpa tahapan itu, manusia tak akan mencapai tingkat kesempurnaan.
Tengoklah, seorang sarjana bahkan profesor, bila ingin mencapai gelar itu, maka ia akan melalui tahapan ujian yang amat panjang dan sukar.
Dalam Alquran tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).
Disebutkan, bahwa semakin Allah cinta pada manusia bersangkutan, maka takaran ujian pun akan semakin meningkat. Jadi, boleh dikata, tingkatan ujian selaras dengan tingkat cintanya Allah terhadap hambaNya.
Dalam menghadapi situasi ujian tersebut, manakala kita akan dihadapkan dengan kata sabar.
Sabar merupakan kelengkapan ujian. Ia melengkapi kemulian ujian itu. Seseorang yang diberikan ujian, bila ia tidak sabar menghadapinya, maka ia otomatis tidak lulus. Seperti kelulusan seseorang dalam menggapai sarjana djs.
Coba kita renungkan, betapa banyak, kita yang tidak sabar dalam menghadapi ujian. Seakan-akan ujian yang diberikan kepada kita, merupakan musibah. Padahal, ujian itu juga bisa berupa kenikmatan, kelapangan, dan kemakmuran.
Contohnya, Nabi Ayyub as., Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar.
Tapi tidak dengan Qarun, yang Allah berikan keberlimpahan kekayaan. Namun, ia lupa dari mana sumber kekayaan yang diperolehnya. Pada akhirnya, ia ditenggelamkan bersama harta emasnya ke dalam tanah.
Masih banyak kisah serupa. Semoga nilai-nilai ujian dan kesabaran bisa kita lalui dengan bijak dalam kehidupan kita. Tetaplah berfikir positif kepada Allah.
Masohi, 18 Juli 2021
Komentar
Posting Komentar