|
dok. pribadi |
Oksigen (O2) saat ini sangat dibutuhkan dalam situasi pandemi. Padahal, Indonesia dikenal sebagai jantung paru-paru dunia.
Ironis lagi, pandemi menyerang, hutan-hutan tropis yang menjadi pendistribusian oksigen alamiah ini, mulai terbabat habis.
Jika pandemi muncul akibat ulah virus Sars-CoV-2, maka hutan penyedia oksigen gundul disebabkan ulah tangan manusia 'rakus'.
Kita telah saksikan mirisnya penanganan pasien covid19 di berbagai rumah sakit. Jumlah tabung oksigen tak sebanding dengan jumlah korban. Tragisnya, banyak terlunta-lunta dan ada yang meninggal.
Kita pun menyaksikan kejadian ilegal loging, yang marak terjadi. Hutan ijo royo-royo terlihat menguning, di bakar massal, dan dibiarkan asapnya menyebar ke desa-desa sampai perkotaan.
Kebahagiaan
Coba kita hitung. Nikmat oksigen yang telah Allah berikan. Jika tabung oksigen dihargai perbuah Rp100.000,- saja, berapa banyak biaya yang kita keluarkan untuk pemakaian 3 tabung oksigen dalam sehari. Belum sebulan, atau kalikan setahun.
Bahkan jika kita hitung jumlah pohon- pohon yang ditebang, dan kayu-kayunya diimpor ke luar negeri untuk dijual. Keuntungannya pasti tidak sebanding dengan total harga tabung oksigen yang kita pakai.
Nah, kebahagiaan sejati ialah kita bisa menikmati akses oksigen alamiah dari Allah ini. Apa indikator kebahagiannya? Yah, karena oksigen ini dikasi gratis dan jangka pemakaianya tanpa batas.
Olehnya itu, kita mesti menjadi indikator tersebut dengan segala ikhtiar. Misal, kita harus menjaga prokes untuk mencegah virus 'kelelawar' ini menyerang imun. Disertai juga, kita menjadi agen lingkungan hidup, untuk menjaga kelestarian lingkungan dan hutan.
Akhirnya, kebahagiaan itu indah. Bila kita hidup tanpa ada beban hutang demi melunasi tabung oksigen, atau menghirup udara berasap illegal logging (pembalakan liar)
Salam sehat 🔥🔥
Alhmdllh Maluku masih asri dgn alamnya
BalasHapusMaksh kaka
Hapus