soal 2

Menjadi Guru: Mainkan Saja Peranmu!

 
istimewa
Menjadi guru adalah pilihan tepat. Bila dulu, seringkali guru diabaikan tentang kesejahteraan dan kapasitas. Abad kekinian perihal hal tersebut mulai mendapatkan titik terang. Walau masih ada di beberapa daerah, kasus kesejahteraan guru masih jadi momok.

Saat ini, pembahasan inti guru harus lebih maju, tak sekedar tentang seberapa banyak gaji. Toh, di lapangan ditemukan juga ada oknum guru yang bergaji gede, namun minim kapasitas. Bahkan kontribusi atas tugas pokok dan fungsinya diabaikan. Padahal, mereka sudah mendapat “kesenangan” daripada kesenjangan.

Malahan, seharusnya kesenjangan terjadi pada guru-guru yang mengabdi pada pedalaman jauh, tetapi jangan ditanya tentang bakti kepada negeri. Jauh dari pusat kota, gaji kecil, saat lebaran hanya pakai baju lima tahun lalu, tetapi akar pengabdian mereka memajukan anak bangsa, tetap kokoh. Silakan dibaca negara berhutang pada guru honorer

Sekelumit masalah tentang guru, akan tidak pernah selesai. Bila kita hanya berbicara tentang kesejahteraan atau kapasitas. Itu terlalu kecil. Ada yang lebih besar, yaitu memastikan para guru benar-benar mencintai pekerjaannya. Sesuatu yang dicintai, pasti diperjuangkan, hingga ia masuk liang lahat.

Simaklah, para guru hebat tidak terjebak pada hal-hal pragmatis. Mereka konsen pada nasib anak didiknya. Waktu mereka unlimited. Mainkan saja peranmu wahai guru, engkau tulang punggung peradaban, engkau diciptakan untuk menguasai hati anak didikmu, agar kelak hati-hati mereka mengenal Allah dan manusia.

Itulah peran guru sejati. Berkali-kali dalam diskusi, pendidikan yang memiskinkan itu bukanlah tentang materi, melainkan apakah guru mencintai profesi ini? Atau guru terpaksa menjalani profesi mulia ini? Bahkan sangat mulianya profesi guru, tidak semua orang benar-benar mau jadi guru, melainkan ada maunya.

Apalagi di tengah pandemik ini, kerja guru diuji. Mainkan saja peranmu, wahai guru. Engkau adalah mesin amal terbaik, yang dilahirkan pertiwi untuk memanusikan generasi. Walau, nasibmu menjadi komoditas politik, tetapi yakinlah takdir Allah itu akan baik padamu. Hanya perlu kesabaran dalam dirimu terhadap fatamorgana itu. Mainkan saja peranmu!

Mainkan saja peranmu! Boleh jadi rezekimu dialihkan kepada anak-anakmu, cucu-cucumu. Wibawamu tak boleh sirna oleh janji-janji palsu. Jangan pernah malu  dan henti memainkan peranmu. Percayalah, proses tidak pernah mengkhianati hasil.

Sampai jumpa di medan pengabdian. Para guru harus kuat. Engkau cakrawala, pusaran keberanian. Engkau bumi, pondasi kesabaran. Engkau adalah pelanjut risalah nabi. Nabi-nabi sudah mati. Jangan engkau “mati” walau ditikam berkali-kali.

Guru, mainkan saja peranmu! Apa peranmu?


keterangan foto:

Kunjungan tim kami di salah satu sekolah pada Kabupaten Buru. 

 

 

Komentar