Diposting oleh
Muh. Nasir Pariusamahu
pada tanggal
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
istimewa |
Saat ini, pembahasan inti guru
harus lebih maju, tak sekedar tentang seberapa banyak gaji. Toh, di lapangan
ditemukan juga ada oknum guru yang bergaji gede, namun minim kapasitas. Bahkan
kontribusi atas tugas pokok dan fungsinya diabaikan. Padahal, mereka sudah
mendapat “kesenangan” daripada kesenjangan.
Malahan, seharusnya kesenjangan
terjadi pada guru-guru yang mengabdi pada pedalaman jauh, tetapi jangan ditanya
tentang bakti kepada negeri. Jauh dari pusat kota, gaji kecil, saat
lebaran hanya pakai baju lima tahun lalu, tetapi akar pengabdian mereka
memajukan anak bangsa, tetap kokoh. Silakan dibaca negara berhutang pada guru honorer
Sekelumit masalah tentang guru,
akan tidak pernah selesai. Bila kita hanya berbicara tentang kesejahteraan atau
kapasitas. Itu terlalu kecil. Ada yang lebih besar, yaitu memastikan para guru
benar-benar mencintai pekerjaannya. Sesuatu yang dicintai, pasti diperjuangkan, hingga ia masuk liang lahat.
Simaklah, para guru hebat tidak
terjebak pada hal-hal pragmatis. Mereka konsen pada nasib anak didiknya. Waktu mereka
unlimited. Mainkan saja peranmu wahai guru, engkau tulang punggung
peradaban, engkau diciptakan untuk menguasai hati anak didikmu, agar kelak
hati-hati mereka mengenal Allah dan manusia.
Itulah peran guru sejati.
Berkali-kali dalam diskusi, pendidikan yang memiskinkan itu bukanlah tentang
materi, melainkan apakah guru mencintai profesi ini? Atau guru terpaksa
menjalani profesi mulia ini? Bahkan sangat mulianya profesi guru, tidak semua
orang benar-benar mau jadi guru, melainkan ada maunya.
Apalagi di tengah pandemik ini,
kerja guru diuji. Mainkan saja peranmu, wahai guru. Engkau adalah mesin amal
terbaik, yang dilahirkan pertiwi untuk memanusikan generasi. Walau, nasibmu menjadi
komoditas politik, tetapi yakinlah takdir Allah itu akan baik padamu. Hanya
perlu kesabaran dalam dirimu terhadap fatamorgana itu. Mainkan saja peranmu!
Mainkan saja peranmu! Boleh jadi
rezekimu dialihkan kepada anak-anakmu, cucu-cucumu. Wibawamu tak boleh sirna
oleh janji-janji palsu. Jangan pernah malu
dan henti memainkan peranmu. Percayalah, proses tidak pernah mengkhianati
hasil.
Sampai jumpa di medan
pengabdian. Para guru harus kuat. Engkau cakrawala, pusaran keberanian. Engkau bumi,
pondasi kesabaran. Engkau adalah pelanjut risalah nabi. Nabi-nabi sudah mati. Jangan
engkau “mati” walau ditikam berkali-kali.
Guru, mainkan saja peranmu! Apa peranmu?
keterangan foto:
Kunjungan tim kami di salah satu sekolah pada Kabupaten Buru.
Komentar
Posting Komentar