Saya sangat setuju dengan pembelajaran daring, sebab sudah masuk eranya. Lagian siapa juga, yang ingin dikatakan old or gaptek. Dunia telah canggih men!
Saat pertama kali daring berlari kencang, sabuk-sabuk kelelahan putus sendiri. Orang-orang jadi linglung, ada juga ditikung sebab tidak punya modal smartphone. Data sejuta apa peduli, asal bisa video call and zoom.
Muncullah orde aplikasi. Ya. Ini rezim aplikasi, semua gratis ada waktunya. Tak ada makan siang free. Dari zaman BBM hingga teams ya ceritanya begitu jua.
Di saat yang sama, semangat yang tadinya bergelora, pelan-pelan redup. Apinya tak lagi menyala cerah.
Saku-saku menipis kena kanker (kantong kering) seiring dengan lakunya pembatasan di semua arena kehidupan.
Sebuah ilustrasi fakta, orang tua telepon mengeluh kesah, katanya anaknya tiga di rumah, semua bakalai (rebutan) satu ponsel pintar, untuk melakukan pembelajaran daring yang super canggih. Akhirnya seisi rumah kayak kapal pecah ruangannya. Ini bukan hiperbol.
Kita bisa menyimpulkan walau tanpa metode penelitian, bahwa daring masa no normal sedang tidak baik-baik saja.
Ia memang sudah saatnya datang. Bukankah ini semua mimpi kita untuk menjadi singa dunia?
Tetapi ia datang saat malam sedang gelap. Saat orang tengah tertidur lelap. Ia masuk, dan duduk di kursi ruang tamu tanpa permisi. Saat tidak sigap, hilanglah kepadatan optimisme, yang tadinya telah terbang jauh.
Siapa yang salah? Corona? No.
Masohi, 4 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar