soal 2

Pembelajaran Literasi Corona Bagi Pelajar Milenial

dok. pribadi
(Kegiatan Literasi
MTsN 2 Maluku Tengah
Dunia berkembang sangat cepat. Pelajar milenial akan lebih cepat bermetamorfosis, bila salah satu kecakapan abad ini dikuasainya. Selain STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), HOTS (Higher Order of Thinking Skill), dan Kemampaun berpikir 4K, kecakapan yang dikuasai yaitu  literasi.
Peta jalan keliterasian telah dirintis tahun 2016 sesuai arahan khusus Presiden kepada Mendikbud untuk memperkuat pendidikan karakter, dan budaya literasi masyarakat melalui gerakan literasi nasional. Literasi menjadi kunci utama dalam membangun masyarakat lebih baik.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi literasi meliputi kemampuan baca-tulis, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. 
Membaca Fenomena Adalah Keliterasian
Perkembangan manusia, budaya, dan masa tidak bisa dihindari. Fenomena pandemik corona yang terjadi sebagai contohnya. Ia telah menjadi "hantu" bagi dunia. Warga dunia dibuat shock (terkejut)panik dan bingungWajah lain, wabah ini telah membuat perpecahan "sosial" di media sosial. Warga net saling membantah. Padahal, Presiden Joko Widodo telah meminta publik untuk memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan Nilai Pancasila (mediaindonesia.com, 3/12/2019).
Gambar 1: Tugas siswa dipublish di facebook

Corona telah membuat kedaruratan dalam segala lini kerja institusi. Institusi pendidikan pun terkena imbasnya. Apabila institusi pendidikan tidak segera berbenah, maka akan tenggelam. Mas Menteri lewat surat edaran Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Merdeka Belajar dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2020/2021 telah memberikan warning ayo berubah! bagi semua stakeholder dalam kelembagaan ini. Edaran ini pun menuai pro dan kontra.
Kemudian terjadilah tsunami corona, hal ihwal “industri pendidikan” langsung menjadi isu utama seantero dunia pendidikan. Mulailah dibuka pelatihan menyusun media pembelajaran, pembuatan tutorial bahan ajar, kerja dan belajar lewat daring. Kegiatan semacam itu ada berbayar maupun gratis.
Tak bisa dinafikan bahwa empat kompetensi guru seakan tak bisa menjawab problem ini. Ternyata kompetensi “Jamah Android” menjadi kompetensi berikutnya yang melekat pada diri seorang pendidik. Implikasinya beban kerja pendidik secara otomatis dan alamiah akan mengalami penambahan waktu, dari 40 jam kerja tatap muka dalam satu minggu, dan melaksanakan tugas pokok selama 8 jam/hari (Permendikbud  Nomor 23 Tahun 2017) menjadi tak terbatas (no limeted).
Limit kerja seperti itu sudah menjadi makan keseharian para pendidik. Bukankah tugas mereka yang maha berat adalah memastikan anak didiknya menguasai keterampilan di abadnya. Mewariskan "kesejahteraan" bukan kelemahan.  Sebagaimana intisari dari Q.S. An Nisa: 9, kita diperintah  untuk tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah. Baik lemah akal, fisik maupun iman. Itulah kenapa, pendidik mulia di mata Allah. Sebab mereka sedang menanam untuk hari esok. Mereka bekerja di ladang Allah dengan seikhlas serta sekuat tenaganya.
Implementasi dalam Pembelajaran Kekinian
Gambar 2: Membuat cerita inspiratif 
Dalam konteks pembelajaran, pendidik terus menyesuaikan kompetensi dasar mata pelajaran dengan kondisi yang terjadi di lingkungan belajar siswa. Pendidik harus bisa mengelola keterpaduan pembelajarannya, agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai visi pendidikan nasional, yakni terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat, dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia, yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman, yang selalu berubah (UU Sisdkinas, 20/2003).
Sebagai pendidik, kita terus berupaya guna memastikan mereka siap hidup, dan mandiri di eranya. Jangan sampai mereka menjadi generasi "panik" akibat salah asuh, dan salah asih, serta salah asah. Selaras dengan hal ini, sesuai surat edaran Direktorat Jenderal Kementerian Agama RI nomor B-686.1/DJ.I/Dt.I.I/PP.00/03/2020 tentang Mekanisme Pembelajaran dan Penilaian Madrasah dalam Masa Darurat Pencegahan Penyebaran Covid- 19, maka selaku pendidik yang bernaung di bawah lingkupnya, pendidik mempunyai kewajiban untuk mengimplementasikannya dalam pembelajaran. 
Olehnya itu, saya (pendidik) yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX di MTs Negeri 2 Maluku Tengah, turut mengedukasi proses belajar mengajar atas arahan di atas. Walaupun, tidak dipungkiri bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam materi/konten ajar dalam Kurtilas (K13). Kelebihannya yaitu mata pelajaran memiliki posisi Bahasa Indonesia sifatnya sentralistik, Bahasa Indonesia menjadi pusat integrasi dari mata pelajaran, dan  mata pelajaran ini sangat dihargai dengan banyaknya alokasi waktu yang diberikan. Dengan adanya peluang mengembangkan kreativitas serta inovasi, maka tugas pendidik sangat mudah, sebab pendidik telah didukung oleh regulasi. Apatah, fasilitas tidak memadai, itu soal lain. Kantong, dan etos kerja sang pendidik menjadi solusinya. Pada prinsipnya ala bisa karena biasa. Kalau ada kemauan pasti jadi.  
Gambar 3: Jurnal membaca buku/artikel
Dalam interaksi selama pembelajaran yang dilakukan sejak 8 April 2020, peserta didik sangat antusias untuk membuatnya (seperti tertera di gambar 1, 2, dan 3) Ada peserta didik (PD) yang membuatnya lebih kreatif dari petunjuk yang diberikan, ada PD yang hanya membuat seadanya, bahkan ada PD yang bertanya namun tidak membuat tugasnya, ada lagi PD yang hanya “read” (baca).  Fenomena ini perlu diakui juga bahwa keterbatasan tatap muka, serta paket data, tidak semua pembelajaran bisa diselesaikan dengan “layar android.” Sebab ilmu mendidik, yah gurunya adalah pendidik. Ilmu “mengajar” boleh berguru pada teknologi.
Tetapi, dimensi pembelajaran literasi mau tidak mau, mesti dibiasakan kepada peserta didik. Pendidik juga bisa memastikan keprofesionalitasnya. Zaman telah menuntut, maka perubahan itu pasti. Kita harus berubah, kalau tidak kita diubah. Bila kita tidak siap beradaptasi, maka akan digilas zaman. Ini zaman literasi. Salam Literasi.







Komentar