soal 2

CPNS Online, PNS “Covid” (bagian 1)

Dok. pribadi
Melalui notifikasi di ponsel dari seorang teman, dia memberitahuku bahwa saya lulus seleksi  CPNS tahun 2018, formasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Maluku. Saya pun membolak-balikan ponsel vivoku, kemudian membuka link yang diberikan, dan mengunduh file yang dimaksud.  
Filenya PDF berukuran 103 MB, dengan ketebalan 11627 halaman, tak menyurutkan rasa penasaran. Saya merefresh tampilan dekstop, kemudian meklik secara bersamaan tombol ctrl+F. Muncullah kotak search, saya mengetik tiga kata yaitu Muhamad Nasir Pariusamahu.
Mengapa saya merasa penasaran? Sebab masih ada informasi yang beredar, hingga ucapan congratulation yang belum sahih. Sebab sebelumnya gegara tombol merah bertuliskan MENGISI DRH, membuat semua calon peserta galau, termasuk saya. Jadi, saya tunggu info resmi pemerintah melalui laman, yang tepat dan benar bin valid.
Apalagi bila mengingat tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) yang ketat. Seluruh peserta dihadapkan dengan tiga jenis tes yaitu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensia Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).
Soal-soal tes itu membuat gerakan mouse, mata tak henti berkedip, guna berlomba dengan waktu. Ruangan tes yang serba AC terasa panas. Keringat dingin menjalari badan. Ini bukan nervous (gugup) tapi gemetar. Hai, apa beda gemetar dan gugup? JJJ
Tapi, ya sudalah. Hasil pencarian di layar monitor terdeteksi. Sekitar 5 menit tombol pgup dan pgdn bergerak turun naik. Alhamdulillah, nama yang saya cari tersebut bertengger pada urutan ketujuh dengan nilai akumulatif 68, 174. Bagi saya kebahagian ini adalah keajaiban dalam hidup.
Bagaimana tidak, diterbitkannya Permenpan RB No 37 Tahun 2018 tentang Nilai Ambang Batas Seleksi Kompetensi Dasar, dan Permenpan RB No 61 Tahun 2018 tentang Sistem Ranking Seleksi CPNS 2018, secara otomatis mengubah kami menjadi CPNS. O CPNS...cerita masih panjang.
Semua anugerah itu, tak serta-merta terjadi. Berkas-berkas yang saya upload di laman https://sscndaftar.bkn.go.id/  akhirnya membuahkan hasil. Tentu hasil itu, ada jamahan “tangan-tangan” ajaib orang lain. Ada doa-doa orang-orang terdekat, seperti orang tua, istri/suami, kakak-kakak, guru dsb.
Mereka “dalam diam” menaruh masa depannya ke pundak kita. Berharap objek yang didoakan menjadi manusia bermutu, dan bermanfaat kelak. Hal itu juga yang terjadi pada saya. O Allah, nikmatmu begitu banyak, sedangkan aku belum pandai menyukurinya.
Etttssss. Masih CPNS. Perjuangan demi mengilangkan huruf “C” masih membutuhkan hari-hari yang amat panjang. Saya berdiskusi banyak dengan istri, tentang tempat penempatan tugas. Sudah menjadi resiko, bahwa menjadi ASN harus siap ditempatkan di seluruh NKRI.
Diskusi ringan tersebut disebabkan, karena saat mengisi form pendaftaran, kolom LOKASI TUGAS tidak ada. Artinya, lokasi penempatan akan ditentukan oleh instansi yang membuka lowongan. Btw, saya dan istri hanya bisa mencari format terbaik, dan berharap ada kemudahan.
Eh tau-tau, sejak SK 80% yang ditandatangani oleh Kepala Kanwil Kementrian Agama Maluku, tertanggal 11 April 2019, lokasi tugas berada di daratan Masohi; MTs Negeri 2 Maluku Tengah. Apa boleh buat, dengan kondisi istri yang juga bekerja di Ambon, saya pun bolak-balik Masohi-Ambon, sambil menanti SK 100%. O SK...kunanti hilalmu.
Tak terasa, bulan Juni 2019 kami diintruksikan turun lapangan. Kota Masohi, kala itu menyambut kami dengan hujan. Saya masih ingat, ada sebuah pesan di WAG kami, seseorang mempost,” Diantara seluruh peserta CPNS 2018 Kemenang 2018 ini, hanya 3 orang saja yg saya kenal, ke masohi juga baru 1 kali untuk berkunjung saja...” Spontan ada yang menjawab,” Heheh. Masohi, itu kota pertama yg beta singgahi dulu (maklum beta anak dusun pedalaman) jadi kanal Masohi itu. Jadi, ktng smua orang baru...”
Dari pesan obrolan singkat di atas, kita bisa mengambil hikmahnya. Kehidupan 4.0 sudah tak lagi dibatasi sekat. Segala aktivitas pribadi, maupun pekerjaan telah disave dalam google drive, pos-el, medsos, dsj. Dari pertemuan lintas maya, menjadi haru ketika bertemu di dunia nyata.
Tak lama untuk menghapus dominasi huruf “C” pada akronim CPNS. Tibalah kabar dari kepegawaian untuk mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) atau dulu disebut prajabatan. Latsar ini merupakan syarat mutlak untuk menjadi PNS. Maka kita diwajibkan untuk mengikutinya. Wajib.
Tentu kami sangat menggebu-gebu untuk mengikutinya. Semangat 88. Apalagi saya, yang sekalian bisa mangente (menjenguk) istri, yang sedang mengandung anak pertama kami. Sungguh ini kebahagian yang tak terukur. Yah, setiap tanggung jawab  ada konsekuensinya. Kita mesti bisa menari di atas keduanya. O ombak Seram.
Gelombang Seram tak ganas, tetapi “kepergian” ayah di malam itu, yang membuat sekujur tubuh saya kaku tak berdaya. Airmata ketidak-keyakinan menguap. Padahal, saya baru saja mengantar beliau ke dokter, selepas latsar yang melelahkan itu.
Di depan dokter, beliau senyum-senyum saja, santai seperti tak ada sakit ditubuhnya. Beliau memang begitu, cintanya kepada anak-anak, membuatnya harus kuat dan bertahan. Memang benar, orang tua takkan memperlihatkan wajah duka kepada anak-anaknya. O Baba, sombar surga.


***Jangan lupa baca bagian kedua besok ya....***

Komentar