|
Good news from Indonesia |
Wabah corona begitu deras. Arusnya tidak saja merenggut nyawa, tetapi juga mendegradasi kedaulatan Bahasa Indonesia.
Istilah asing yang muncul seperti lockdown, social distancing, work from home, sanitizer, stay at home, dll secara serentak menyebar dalam jagad informasi. Tanpa ba---bi---bu, istilah-istilah tersebut otomatis laku dipasaran publik. Entah makhluk apa yang memopulerkannya, sehingga arusnya tak bisa terbendung.
Walaupun Bahasa Indonesia bersifat dinamis dan terbuka, tetapi kita harus selektif dalam menyeleksi setiap kosakata-kosakata asing. Kenapa demikian? Karena setiap kata ada "mautnya" sendiri. Jangan sampai kita menciptakan kematian atas bahasa kita.
Perlu diingat monopoli bahasa asing merupakan konsep penjajahan bahasa, tidak jauh berbeda dengan konsep penjajahan yang sifatnya “angkat senjata”. Artinya, penjajahan bahasa berarti suatu bahasa berhasil menyingkirkan bahasa lain. Suatu bahasa yang kuat menenggelamkan bahasa yang lemah dalam konteks pemilihan bahasa, yang dituturkan masyarakat.
Hal tersebut berdasarkan fakta. Sebagai contoh, Inggris dan Spanyol. Kedua negara kolonialis ini menjajah banyak negara di berbagai belahan dunia. Selama menjajah, mereka menanamkan bahasanya di negara-negara jajahan. Hasilnya, panen besar! Kedua negara ini cukup berhasil. Di sebagian negara yang mereka jajah, bahasa mereka menjadi bahasa nasional atau setidaknya menjadi bahasa sehari-hari.
Kita punya cerita sama. Ketika Portugis, Belanda, dan Jepang datang menjajah dulu. Betapa bahasa daerah kita menjadi tak bertahta di depan tuan-tuan berkulit putih itu.
Tentu kita tidak ingin Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing di rumah sendiri. Apalagi kandungan nutrisi api sejarahnya tidak dijadikan sebagai mutiara. Alhasil, corona telah membunuh akal berbahasa kita.
Kita mungkin menganggap hal ini biasa-biasa saja, tetapi intervensi bahasa asing di tengah pandemik ini jangan dianggap remeh. Sebab kita akan kehilangan warisan yang amat berharga ini.
Langkah pencegahan atas hal ini, bukan saja tanggung jawab Badan Bahasa, melainkan tugas kita semua. Kita mesti merasakan serasa sama, bahwa bahasa kita sedang tidak baik-baik saja.
Kita punya cita-cita sama, bahwa kita adalah pewaris sumpah pemuda, "Berbahasa satu, Bahasa Indonesia." Sebagai generasi muda, tugas kita menglobalkannya.
Bisakah? Tentu bisa. Bahasa Indonesia secara geografis lebih luas daratan tuturannya, daripada Bahasa Inggris. Luas negara Inggris tak sebanding dengan pulau Sumatera.
Komentar
Posting Komentar