soal 2

KUATKAN PERAN LANGIT, HASILKAN KADER MELANGIT


  zinoxsis.blogspot.com
Kehidupan manusia tidak terlepas dari takdir Allah SWT. Kendatipun, manusia punya tahta dan harta yang banyak, niscaya dia tidak bisa menyaingi kemahabesaran Allah SWT. Untuk itu, sandaran manusia adalah illah, bukan selainnya.
Sebagai organisasi dakwah, kader-kader KAMMI harus memahami bahwa tabiat dakwah itu bukanlah hal yang “enak”. Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga harum. Tetapi, merupakan jalan sukar dan panjang. Sedari  jalan ini kan penuh onak dan duri. Aral menghadang, kedzaliman, yang akan dihadapi. Relakan jua serahkan dengan tekad dihati, jasad ini, darah ini,  sepenuh ridho dihati (Mars KAMMI pertama)
Dimanapun itu, organisasi dakwah akan terus mendapatkan rintangan yang besar. Bagaikan pohon, semakin tinggi, angin yang menggoyang rantingnya pun semakin kencang. Seperti pula KAMMI. Sebab, dakwah merupakan perjuangan untuk menebarkan benih kebaikan. Menjadikan kebaikan menduduki singgasananya di persada bumi. Agar semesta terjaga keseimbangan. Itulah cita-cita dakwah KAMMI.
Disatu sisi, api permusuhan akan terus digalakan oleh kebatilan. Kebatilan adalah musuh abadi  kebaikan. Keduanya akan terus berlawanan arah hingga akhir zaman. Namun, sebagai kader dakwah jangan pernah mencemaskan tipu muslihat kebatilan:”Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Ar- Rum:47)
Olehnya itu, menghadirkan spirit optimisme dalam diri merupakan hal mutlak. Keoptimisan akan membawa harapan yang tak pernah kenal putus asa. Mengapa optimisme? Sebab, KAMMI merupakan kumpulan pemuda. Dalam jiwa pemuda, mereka adalah pilar kebangkitan sebuah peradaban ( Hasan Al Banna)
Mereka adalah pewaris dakwah yang mempunyai iman yang mendalam ( Imam Amiq) bisa menyatu dalam barisan kokoh (Takwin Daqiq) serta mempunyai daya untuk senatiasa berusaha dan membentuk amal yang berkesinambungan (Amal Mutawassil)
Seperti itulah karakter mereka yang telah terjun sebagai juru dakwah. Mereka telah menyakini bahwa kemenangan Islam adalah solusi. Bahwa kebangkitan cahaya Islam akan mengulangi sejarahnya seperti zaman Cordoba, Andalusia. Mereka tidak akan tidur nyenyak sebelum cita-cita itu terbit di ufuk timur.
Tentunya dalam menghadirkan karakter pewaris dakwah dan menjadi ar ruhul jadid fi jasadi ummah bukanlah hal gampang semudah membalikan telapak tangan. Tetapi, KAMMI sebagai wadah perjuangan permanen yang berfungsi sebagai pencetak generasi rabbani tidak boleh diam di tempat. KAMMI telah tercipta untuk mencipta manusia-manusia shaleh yang cerdas untuk maqam dan waktunya dengan mengacu pada nilai-nilai keuniversalan Islam. Itulah bhakti abadi kami.
Bahwa ada yang masuk dan menjadi kader aktif dan kemudian pergi tanpa pamit, itu merupakan sunatullah. Tak perlu tangisi, apalagi meratapi kepergiannya. Walaa tahinu, walaa tahzanu. Kembali dan istiqamah. Tugas dakwah bagaikan tugas pilot. Dalam keadaan turbulensi apapun yang dialami pesawat selama penerbangan, sang pilot tetap melajukan pesawat. Bayangkan saja, dalam keadaan begitu, sang pilot memberhentikan pesawatnya ketika masih mengangkasa. Apa yang terjadi?
Bahwa cita-cita dakwah akan tumbuh `ada dan tanpa kita. Tetapi apakah kita tidak merasa tersindir dengan firman Allah tentang pergantian generasi dalam surah Muhammad ayat 38: “ ….dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan (kamu) dengan kamu yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)


Bagaimana menciptakan kader petarung sejati?
Aku tidak mencetak buku, melainkan mencetak kader-kader ( Hasan Al Banna)
Sebagaimana tugas dakwah merupakan tugas yang harus diemban oleh mereka (kader) sungguh-sungguh, mempunyai azzam yang kuat. Bukan hanya sekedar kuat fisiknya. Melainkan memiliki daya tahan banting dalam menyusuri terjalnya jalan ini, ikhlas dan tekun memikul bebannya, bersabar dalam pengorbanan, saling mencintai dan menanggung beban.  Sejatinya mereka dicintai Allah, dan Allah mencintai mereka.
Dalam buku Spiritualitas Kader, ditulis oleh Anis Matta (2014) ada beberapa faktor penting yang harus dijadikan sebagai penguatan dakwah, penulis membacanya sebagai penguatan nilai-nilai ruhiyah sebagai syarat guna membentuk kader petarung sejati. Diantaranya: pertama ikhlas dalam berdakwah, sesungguhnya tiap-tiap kader akan tersita energinya dengan kerja-kerja dakwah. Bisa jadi, keikhlasannya akan menjadi hambar, manakalah begitu banyaknya amanah yang dipukul, terjadi gesekan antara kader, sehingga menimbulkan iri hati, lalu futur dalam barisan. Secara manusiawi hal-hal tersebut akan hinggap di hati.
Dalam konteks ini, kita selalu diingatkan dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwatkan oleh Bukhari,” Innamal  a’malu bin-niyyat.” Oleh karena itu, setiap kader harus hendaknya merefresh  bahwa kehidupan berjamaah merupakan sarana melipatgandakan pahala.  Disamping itu pula, sambil mengharapkan keridhoan Allah SWT agar tidak termasuk orang-orang yang sia-sia dalam beramal. Dikira sudah berbuat baik namun, pahalanya tidak ada. Amalnya bagaikan buih di lautan. Dirusaki dengan niat yang bengkok. “Ihdinashiratal mustaqim”
Kedua, setiap kader hendaknya memegang prinsip bahwa nilai seseorang bukan ditentukan oleh posisi atau kedudukan, melainkan para peran yang dilakukannya dan kontribusi yang diberikannya (al-ibratu bil adwar wa-bil-‘atha, laa bil-wazha’if wala bil-manasib)
Nilai seseorang di mata Allah SWT  dan orang-orang beriman terletak pada peran dan kontribusinya. Peran boleh sekecil pentil dalam ban mobil, namun mempunyai kontribusi yang sangat luar biasa. Bagaimana jadinya bila pentil ban itu dilepas? Bahwa kerja-kerja dakwah harus dihayati merupakan pekerjaan dalam sunyi yang panjang, tapi menghasilkan karya monumental di tiap narasi zamannya. Maka, kumpulkanlah energi positifmu guna disemai dalam kesatuan ini.
Olehnya itu, sudah seharusnya obsesi terhadap kontribusi dan peran yang mendominasi pikiran kader, bukan pada posisi dan jabatan yang didudukinya. Disini diperlukan sikap juang  berfastabiqul khairat. Itulah peluang yang harus diambil untuk memenangkan pertarungan di atas ring kebenaran.
Ketiga, setiap kader harus berfokus pada pertempuran besar yakni pengkaderan. KAMMI merupakan organisasi pengkaderan (harokatut tajnid)) tak lepas pisah dari agenda besar ini. Salah satu faktor terputusnya marhalah dakwah KAMMI salah satunya matinya imunitas ruh pengkaderan. Ada tiga hal untuk mendorong semangat kader dalam melakukan pengkaderan: a. kuatkan doa, berdoalah kepadaKu, niscaya akan kukabulkan. (QS. 40:60). Doa adalah sebab-sebab maknawi, tapi ia bisa memberi hasil materil yang bisa dilihat dan dirasakan. Lihatlah mukzijat-mukzijat doanya Ibrahim as.
Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa. Karena takdir dan doa senatiasa bertarung di langit. Dengan beriman kepada takdir, kita akan menggabungkan antara optimisme kaum spritualis dan kalkulasi akademik. Kita harus punya mindset dan mental juara sehingga tetap optimis, walaupun orang mengatakan bahwa KAMMI itu organisasi yang baru seumur jagung. Bukankah, Allah telah memberikan peluang umur bagi sebuah peradaban dalam batas waktu? Dan semoga KAMMI menjadi salah satu yang mengambil peluang itu. Allahu Akbar!
Sadar atau tidak, kehadiran kita dalam rumah kesatuan ini, berkat doa-doa orang-orang yang setiap malamnya membasahi pipinya dengan airmata sepertiga malam. Berdoalah seperti doanya Rasul kepada Umar bin Khattab dan taktala perang Badar sedang berkecamuk.
Menurut Ibnu Qayyim rahimahullah, doa membuat orang yang merasa rendah karena kedukaan apapun yang dialaminya akan hilang rasa kerendahan itu. Sebab semuanya ia serahkan kepada RabbNya. Sepantasnya, kita sandarkan hal ini “pengkaderan” kepada Allah meski hanya sekejap mata. Bahwa keterlibatan generasi berikutnya dalam shaff  kesatuan, hasil dari doa-doa kita hari ini.
Allah adalah pemilik hati dan pikiran. Tak ada yang bisa menghantarkan hidayah kepada seorang manusia kecuali Allah SWT. Dengan hidayalah Umar bin Khattab, Abdurahman bin Auf, Abu Bakar As Siddiq, Musaib bin Umair, Khalid bin Walid, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib masuk Islam dan memperkuat Islam. Mereka generasi awal dan terpilih. Kita rindukan generasi seperti itu hadir dalam kesatuan.
b. kerahkan sumber daya semaksimal, semua kader kesatuan ini telah menyebar dalam berbagai kampus dan fakultas. Bahkan ada yang sudah masuk dan menduduki jabatan strategis dalam lembaga eksekutif mahasiswa. Kehadiran kader KAMMI dalam lini massa kampus dan keilmuan sudah sepantasnya memantaskan diri untuk dapat menyampaikan visi KAMMI kepada orang lain. Waktu berdiam diri dalam ruang terbatas kesatuan telah berakhir, keluarlah dan beri warna merah mawarmu, agar orang lain merasakan cintamu. Saatnya meledakkan potensi dan menentukan masa depan kesatuan sebagai karya amal terbaik antum di mata Allah SWT. Tak perlu terbelenggu dengan perasaan takut salah, merahkan ekspresi. Sehingga, akumulasi tersebut kelak menjadi sumber kekuatan utama, yang menciptakan sejarah baru (new history)
Jika pun, di lapangan tidak sesuai dengan harapan, kader harus bisa berpikir terbalik dan patahkan kaidah berpikir. Dalam kisah penaklukan Andalusia, Thariq bin Ziyad berkata: “ wahai sekalian manusia, musuh di depan kalian, sementara laut di belakang kalian, karenanya tidak ada jalan keluar bagi kalian, kecuali kalian harus memerangi musuh kalian.” Kemudian ia bakar kapal-kapalnya. Dia telah melanggar prinsip keselamatan, tetapi dia menang.
c. Ubah Strategi, seorang buta berdiri di pinggir trotoar. Dia meletakkan topi dihadapannya, dan disisinya sebuah tulisan: “Saya buta. Saya harap anda membantu saya.” Seorang lelaki ahli periklanan melewati orang buta tersebut. Dia lihat topi orang itu hanya berisi beberapa rupiah. Lalu dia tambah beberapa rupiajh lagi. Tanpa minta izin dari orang buta itu, dia ambil papan pengumuman dan dia tulis pengumuman lain.”
“Di sore hari, orang itu kembali melewati orang buta itu. Dan dia temukan topinya sudah penuh dengan uang. Orang buta itu mengenal orang tadi dari suaranya, dia tanyakan tentang perubahan pengumuman di papan.”
Orang itu menjawab,” saya hanya mengubah redaksinya saja.” dia tersenyum lalu pergi.
“Papan pengumuman yang baru bertuliskan: “kita sedang menikmati musim semi, tapi saya tidak mampu melihat keindahannya.”
Cerita di atas memberikan kita inspirasi. Ubahlah strategi ketika kondisi berjalan tidak sesuai yang diinginkan. Niscaya, akan dapatkan bahwa kondisi akan beralih kepada yang lebih baik. Jika, kesatuan ini senatiasa dinamis dan hidup, setiap kader bisa berpikir cerdik, etos kerja tinggi dan renungkan hasilnya dengan panca indera. Maka, ikatlah dia lalu tawakallah (HR. At-Turmudzi) Faizza azzamta fatawakallah. Itulah, sebab Allah meneguhkan kedudukan bagi orang-orang yang beriman: “Q.S. Muhammad: 7)


Penulis: M. Nasir Pariusamahu_ Pengurus KAMMI Wilayah Maluku 2016-2018

Komentar