soal 2

NIKAH DI MASA MUDA, PACARAN DI USIA SENJA *



Tidak mudah bagi saya untuk melengkapi setiap tanda titik dan kemudian menjadi paragraf baru dalam artikel pendek ini. Tentunya ada sebuah keresahan yang tak berujung pada setiap manusia jika telah datang sebuah pertanyaan,” kapan anda menikah? Lalu dengan cepat lisannya terkunci dan hatinya membelah menjadi jurus seribu bayangan ala Naruto, antara sebuah keharusan menjawab atau malah mutar-mutar topik sana-sini.
Memang tak mudah membicarakan soal nikah. Berbagai versi muncul dimana-mana. Berbagai alasan yang menunda, karena belum matang atau ada yang punya semangat maju tak gentar bahkan pompaan Karawang-Bekasi  dalam memburu calon pasangannya.
Pastinya,  faktor-faktor untuk menjalani sebuah proses “kesempurnaan agama” ini membutuhkan indera keenam, yakni kefahaman lahir batin. Memang tak mudah untuk menikah, sebab menikah adalah menyatukan kedua keluarga dan budaya yang berbeda, memang apa pentingnya dengan ibu-bapaknya, sanak-keluarganya, toh yang menikah  si fulan dan si fulana, menikah saja, jadikanlah cintamu dalam pernikahan adalah firdaus kalian. Berbagai kalimat-kalimat argumentasi tersebut berseleweran dimana-mana. Hingga kadang menikah menjadi sebuah alat ketakutan. Bahkan frustasi bagi sebagian kalangan anak muda. Maka, jangan salah bilamana kasus-kasus hamil diluar nikah atas nama cinta pun berkembang pesat.
Berkaitan dengan nikah palsu alias hamil luar nikah, bukan hanya saja terjadi di kota-kota besar, namun, merambah hingga ke pelosok-pelosok desa. Sungguh naïf, aksi bejat-bejat itu dianggap suci oleh mereka yang berbuat dan diamini oleh para keluarga, tanpa ada sanksi sosial. 

Lalu menikahlah!
Frase di atas harus dipahami bahwa menikah adalah persoalan ibadah. Nikah adalah penggenap separuh agama. Namun, dalam realita ada sebuah kegamangan dalam menentukan sikap ksatria dalam hal ikhwalnya. Lalu, beberapa fakta terkait maraknya pemberitaan anak usia muda yang telah menentukan sikapnya, pun menjadi sebuah utopia bahkan agenda komersialisasi. Akhirnya subtansi dari sebuah pesan pernikahan  tak tersampaikan secara baik kepada publik.
Sebab pernikahan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berkeluarga dan mencipta sebuah peradaban. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan dalam khittah pernikahan akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Sebab, pernikahan adalah sebuah bentuk mengelola ketidaksetujuan didalamnya menjadi genggaman kepribadiaan; muaranya pada sakinah, mawadah, warahmah.
Jangan sampai jalan pernikahan hanya seperti apa yang disampaikan K.H. Zainudin MZ,” ketika baru menikah, bulan madu, kemana-mana selalu bersama. kondangan selalu gandengan tangan. Istri terpeleset, bilang “hati-hati”. Begiti sudah punya anak tiga, istri bilang,” bang, kondangan yuk!” jawab suami,” jalan ajah duluan luh”. Pulang kondangan, istri ngelapor,” bang, tadi aku kepleset. Suaminya bilang,” emang mata luh dimana, sih?”
Sangat miris kan? Ya. Sebab jika pernikahan tidak dirawat secara baik. Bisa jadi usia pernikahan akan seumur jagung, bahkan tak berbuah. Padahal, uraian tentang hikmah nikah adalah menyelamatkan manusia dari sikap asusila dan efek negatif sosial. Lantaran itu, bila tak mau bahtera rumah tangga, hasil pernikahan karam akibat hantaman tsunami, peliharalah bahteramu dengan cahaya iman dan dekapan ukhuwah yang akan membawamu pada ibadah sesungguhnya. yakni tugas pokok dari sebuah pernikahan: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[at-Tahrim:6]
Atas dasar itu, membina kemesraan dalam rumah tangga, bukan soal muda dan tua. Itulah kunci utama. Ini merupakan cara ikhtiar perbuatan dari sikap-sikap syetan yang berbentuk dan tidak berbentuk. Maka, disitulah makna kesabaran, saling kasih sayang akan terbina secara alami bukan direkayasa.  “Katakanlah,” wahai hamba-hambaku yang beriman! Bertaqwalah kepada tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas (Q.S. Az Zumar: 10)
Indahnya pernikahan itu pada akhirnya, semua mengharapkan langgeng sampai hari tua dan penuh kemesraan selayaknya masa muda. Semoga bisa selalu menjadi keluarga yang saling berkasih-sayang seperti harapan syair Ambon yang dilantunkan Mona Latumahina di bawah ini: 
Paleng Bae
Seng bisa bilang lai
Beta paleng sayang se paskali
Dalam beta pung hati
Cuma pikiran se tiap hari
Ada di mana sayang
Jang sampe talat makang
Seng bisa bilang lai nyong ee
Beta pung sayang

Dalam hidop ini
Cuma ale yang tau beta pung hati
Beta slalu minta
Tuhan mau satukan katong dua
Bahagia selamanya sampe oma opa
Seng bisa bilang lai nyong ee.. sayang

Se paleng bae
Par beta sio nyong manis ee
Paling mangarti beta pung hidop ini
Se paling bae
Danke par samua yang se kasih
Mau deng ale saribu taong lai
 
*M. Nasir Pariusamahu 

Komentar