On 5th June '15
#menulis Hujan, Menunggu Pelangi, part II
Kapankah berhenti? Langit hanya memberi. Bumi tetap menerima
#hujan
Itu nostalgia beberapa tahun lalu. Ketika #hujan bersatu
dengan alam. Sehingga seorang ibu berenang-renang kehilangan anaknya.
Atau rumah-rumah di bawah gunung sudut perkotaan yang hancur
berantakan. Segala harta benda. Tak ada yang bisa diselamatkan. #hujan
Atau jalan-jalan yang dipenuhi air bah kali samping rumahku.
Angkutan roda dua, tiga dan empat hanya bisa berjalan seperti semut. Tak ada
lagi lampu merah, kuning dan hijau. Mati. Aku ingat kejadian air bah di Aceh 12
tahun lalu, 26 Desember 2004. Yang waktu itu aku juga sedang berlibur. #hujan
Langit-langit sampai
jam ini, 12.36 WIT masih saja hitam putih. #hujan. Kota Manise hanya bisa berambigu.
Deruan-deruan kanalpot angkutan kota dan batas kota hanya bisa menerima keadaan
bahwa hari ini setoran akan tidak maksimal. #hujan
Di halaman lain.
#hujan mengindahkan semua. Ini sisi sebelah yang pernah ku
tuliskan.
Mengingat tragedi “ gelombang panas” di India, 29 Mei 2015.
Aku terkejut dengan berita itu. Ekstrim. Wah itu katanya lebih 1000 orang
tewas. #hujan
Beda ama kita. Indonesia. Lahan subur. Tropis. Hanya dua
musim: hujan dan kemarau. #hujan
Simak yuk… pesan Allah: “ Maka Nikmat mana lagi yang kau
dustakan?” #hujan
Lalu tidak mengapa lah. Langit hari ini bukan berwarna cerah
putih atau biru. Tuhan itu pasti adil. Bahkan seadil-adilnya, dia tak pernah
meminta bayaran atas segala nikmay yang manusia gunakan sejak lahir. #hujan
Bahkan kebun-kebun pala dan cengkeh di kebun, mengembang.
Mereka juga berdoa atas turunnya berkah#hujan.
Petani-petani tidak lagi mencari –cari lokasi yang luas
untuk Istisqo. Atau tak lagi membuat ritual-ritual
konyol, memberi makan pada pohon-pohon atau melayarkan makanan kepada
gelombang-gelombang laut. Ini berkah #hujan. Yang turun pada waktunya.#hujan
Maaf tadi jeda sedikit. Aku hanya izin sebentar tak menulis#hujan.
Lagi menunaikan amanah Tuhan, 2 rakaat di Jumat siang. Dalam kemarau hati,
kabar#hujan hari ini member inspirasi lewat sang khotib di atas mimbar. Walau,
akau dalam keadaan terjaga, pesan yang ku terima, hari ini uda di ambang Sya’ban.
Itu artinya, kudu mau Ramadhan.
Oh tenyata, #hujan tak bertele-tele hari ini. Sebab, awan
hitam kini menghilang di kaki langit. Berganti putih dan kepulan-kepulan
asapnya; kabut, yang kulihat melukis embun-embun di hijaunya gunung yang melingkar.
Tak tau setelah itu,,,, pukul 13.50 WIT. #bukit manusela
To be continue…..
Komentar
Posting Komentar