MEMAKNAI RAMADHAN 1436 H1
Betapa banyak kenikmatan yang Allah
SWT telah berikan kepada kita. Kenikmatan yang tiada habisnya. Kenikmatan mata
yang kita gunakan untuk melihat. Kenikmatan telinga yang kita gunakan untuk
mendengar. Kenikmatan kaki dan tangan yang kita gunakan untuk melangkah dan
memegang. Ataupun kita lupa? Nikmat ini. Kenikmatan nafas yang kita gunakan
untuk bernafas setiap harinya. Lalu masih mungkin banyak model kenikmatan yang
belum saya tuliskan. Sebab saya tak mampu menjawab pertanyaan Allah SWT,
“berapa nikmat yang telah kau dustakan?” ayat yang diulang-ulang sebanyak 31
kali dalam Surah Ar Rahman ini menjadikan kita harus bisa menjawabnya dengan
kata syukur. Apa itu syukur? Melaksanakan ibadah-ibadah sesuai tuntunan dan
petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah. Syukur itu mengambil hal-hal yang halal buka
haram. Bahkan telah jelas. Halal dan haram. Sunnah dan wajib. Melalui
surat ini Allah seolah memberi sinyal kepada kita akan sifat kita yang pelupa, kufur nikmat,
dan tidak mau berfikir.
Ya, tiga hal itu yang mungkin ada dibenak kita ketika ayat demi ayat dibaca. Semoga Allah SWT
mengampuni segala khilaf dan salah.
Sebab itu, ayo kita hitung berapa usia
kita saat ini. Usia yang kita mungkin melakukan gaya foya-foya dengannya. Usia
yang mungkin kita tidak menjalankan haknya sebagai buah ciptaanNya. Sebab itu,
mungkin saja kita pura-pura lupa atas usia yang telah kita lunta-luntakan
selama ini? Sungguh begitu naïf. Ataukah usia kita digunakan untuk sebaliknya?
Itu semua hanya kita yang tau. Dan Nampak Allah sangat memperhatikan kita atas
apa yang kita lakukan dalam kehidupan. Lewat malaikat Atiq dan Raqib yang
senantiasa tanpa lelah menulis amal baik dan buruk. Yang nantinya akan menjadi
bahan pertanggungjawaban di Yaumil Mizan nanti.
Olehnya itu, dalam ramadhan kali ini,
1436 H. sebagai hamba tentunya kita menginginkan yang terbaik. Berpahala dan
masuk surga. Iya kan? Pasti semua menjawab yang sama. Pasti semua menginginkan
derajat taqwa dan tidak ingin membersamai iblis dalam neraka. Namun, sekali
lagi, jika kita tidak mengunci keimanan kita dengan baik di bulan ini, maka
akan sia-sia saja visi kita. Kita tentunya faham akan janji Allah: “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.2:183).
Sebagaimana kita ketahui bahwa Ramadhan
itu bulan penuh rahmat, penuh ampunan,
bulan diturunkan kitab suci Alqur’an. Satu pertanyaan penting yang perlu kita
jawab, mengapa Allah SWT mengkhususkan berpuasa full pada siang hari di bulan
Ramadhan? Padahal masih ada sebelas bulan lainnya. Tentunya karena Ramadhan
merupakan bulan yang diistemewakan. Maka, diwajibkannya orang– orang beriman
berpuasa pada bulan tersebut menunjukan puasa di bulan Ramadhan adalah amalan
yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Sementara untuk
memulai sebuah amalan terlebih lagi amalan penting seperti berpuasa di bulan
suci ramadhan, dibutuhkan ilmu tentang apa yang hendak diamalkan tersebut. Ilmu
tersebut sangat bermanfaat agar amalan tadi bisa bernilai ibadah di sisiNya. Firman
Allah SWT,” katakanlah, adakah sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui.” (Az- Zumar:11)
Betapa agama
ini lebih mengutamakan ilmu. Sehingga puasa kita tidak menjadi terpasung dalam
ilmu yang berarti sempit. Sehingga kenikmatan berpuasa hanya ada pada
menahan makan dan minum. Selebihnya,
bagaikan buih yang beterbangan. Itu disebabkan karena akal kita belum terbebas dari godaan-godaan
dunia. Padahal telah jelas definisi puasa itu, Puasa menurut bahasa adalah
menahan. Sedangkan menurut syariat puasa berarti menahan diri dari maka dan
minum, berhubungan suami istri, dan semua perkara yang membatalkan puasa mulai
dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat Ibadah kepda Allah. Bahwa
panjang pendeknya puasa kali ini, kita harus bisa berkomitmen untuk memanen
buah dan berhasil. Tidak kendur semangat.
Dalam kitab
Riyadhus Shalihin, jilid II karya Imam Nawawi, dijelaskan tentang betapa
pentingnya keutamaan dan keistimewaan orang yang berpuasa. Bahwasannya, “
Setiap amal anak Adam (manusia) itu membawa manfaat bagi dirinya sendiri,
kecuali puasa, karena puasa untuk-KU dan AKU sendirilah yang membalasnya…” (HR.
Bukhari dan Muslim) maka semestinya kita (yang berpuasa) harus merasa gembira
dan terus bersungguh-sungguh dalam berpuasa. Dengan begitu orang yang berpuasa
akan mengalami dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan
kegembiraan bertemu Tuhannya. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum daripada bau minyak kesturi. Atau dalam riwayat Muslim dikatakan: “setiap
amal anak Adam (manusia) itu dilipatgandakan (pahalanya) satu kebaikan dengan
sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat. Subhanallah…
Jadi mari
kita menjadikan Ramadhan kali ini sebagai buku hisab kita. Kita jadikan
Ramadhan kali sebagai perisai. Perisai dari keburukan dan kemunafikan. Kita
hisabkan diri kita di Ramadhan ini, sebelum di hisab pada keadaan sebenarnya.
Semoga Ramadhan kali ini benar-benar menjadikan diri kita sebagai orang-orang
yang kelak akan dipanggil-panggil Ar Rayyan (salah satu pintu surge yang
dikhususkan untuk orang-orang yang berpuasa)
1 Oleh M. Nasir Pariusamahu, Ketua Umum
KAMMI Daerah Kota Ambon
Komentar
Posting Komentar