Surat terbuka untukmu, Kader
Betapapun hari-hari ini telah
mengambil semua energiku, energimu, energi kita semua. Betapa hari-hari ini
telah menguji mentalitas intelektual, mentalitas spiritual, dan mentalitas
emosional kita. yang dulunya menjadi kekuatan utama, kekuatan generasi Rabbani.
Kini, berserak dan berseru padukan lagi kekuatan yang maha dahsyat tersebut.
Hari-hari ini, kita dihadapkan dengan
kuatnya turbulensi amanah, perang pemikiran dan terpojoknya anak zaman di
tengah zaman yang penuh gemerlap hawa dunia, materialistik, pragmatis, hendois,
apatis, pesimis, yang menjadi penyakit akut pada generasi. Begitupun kita mengaku
bahagia, hadiah getahnya, sebab kita hidup dalam bagian-bagian tersebut. Mungkin
jadi. Terpesona oleh sepoinya angin zaman.
Hari-hari ini, kita dalam upaya mengejar
Ruhiyah yang kebablasan. Lembaran-lembaran muwashafat yang kosong. Mutaba’ah dadakan.
Semua itu bagaikan LPJ. Sementara zaman tidak lagi bersahabat. Zaman telah
berubah menjadi subjek bukan lagi objek. Hari-hari ini, dan esok lusa, telah
harus kita terima dalam keadaan apapun kita. beban-beban yang terpikul di
pundak kita menjadi ujian seberapa jauh alasan kita untuk bertahan atau tidak. Ingatkah
bahwa “ Tarbiyah madal hayyah?” lalu? Memang benar apa yang dituliskan
Tere Liye: “Ketika seseorang ingin pergi, maka jangankan 10 alasan, punya 100
alasan baik untuk tetap tinggal pun, dia tetap pergi. Tetapi ketika seseorang
memutuskan ingin bertahan, maka jangankan 100 atau 10 alasan, bahkan ketika dia
tidak punya alasan lagi-hanya tersisa harapan dan keyakinan, dia akan tetap
bertahan”. Maka soal bertahan dan tidak adalah soal ulang restart kepahaman
kita. Pilihan ada padamu wahai sahabat kebenaran.
Hari-hari ini telah melelahkan. Lelah
semakin menjadi-jadi. Tanggal-tanggal dalam kalender semua putih. Tak berwarna.
Putih. Lelah karena semakin deras saja hujan hambatan, gelombang
ketidakpercayaan, hantaman ketidakberdayaan, dan tsunami kesenjangan. Mungkinkah
hari-hari ini menjadikan kita lemah, lantas menarik diri dari gerakan dan
menarik pergi. Tanpa alasan 10 bahkan 100. Atau bertahan dengan segala kepiluan
asa dan rasa, yang tak punya alasan. Hanya 0 alasan.
Semakin pula, hari-hari ini
menjadikan kita “khairu ummah” atau sebatas nama dan popularitasdan
bahkan aklamasi semu? Hari-hari ini, kita berada pada mengejar aura yang
kehilangan wajah. Hari-hari ini, kita berada pada mengejar optimisme yang
dibawa lari zaman. Hari-hari yang penuh lelah mengejar status yang tidak diakui
zaman. Oh…hari-hari yang telah mengurangi pesona. Lalim. Semoga kita semua
bergerak dan berada pada hari-hari yang baik. Hari-hari yang berkah dan tak ada
duka sana-sini. Tak ada lagi huru-hara.
hari-hari ini, kita juga terlahir dari kumpulan hari. hari-hari ini, adalah hari-hari kita. kita akan bersama hari ini, hingga ada kalimat akhir dari hari ini. Koma. TITIK
Salam pergerakan…!!! Keep hamasah…
Ambon, 22 Bulan Gejolak; Maret tahun
2015
Komentar
Posting Komentar