soal 2

Surat terbuka untukmu, Kader



Surat terbuka untukmu, Kader
Betapapun hari-hari ini telah mengambil semua energiku, energimu, energi kita semua. Betapa hari-hari ini telah menguji mentalitas intelektual, mentalitas spiritual, dan mentalitas emosional kita. yang dulunya menjadi kekuatan utama, kekuatan generasi Rabbani. Kini, berserak dan berseru padukan lagi kekuatan yang maha dahsyat tersebut.
Hari-hari ini, kita dihadapkan dengan kuatnya turbulensi amanah, perang pemikiran dan terpojoknya anak zaman di tengah zaman yang penuh gemerlap hawa dunia, materialistik, pragmatis, hendois, apatis, pesimis, yang menjadi penyakit akut pada generasi. Begitupun kita mengaku bahagia, hadiah getahnya, sebab kita hidup dalam bagian-bagian tersebut. Mungkin jadi. Terpesona oleh sepoinya angin zaman.
Hari-hari ini, kita dalam upaya mengejar Ruhiyah yang kebablasan. Lembaran-lembaran muwashafat yang kosong. Mutaba’ah dadakan. Semua itu bagaikan LPJ. Sementara zaman tidak lagi bersahabat. Zaman telah berubah menjadi subjek bukan lagi objek. Hari-hari ini, dan esok lusa, telah harus kita terima dalam keadaan apapun kita. beban-beban yang terpikul di pundak kita menjadi ujian seberapa jauh alasan kita untuk bertahan atau tidak. Ingatkah bahwa “ Tarbiyah madal hayyah?” lalu? Memang benar apa yang dituliskan Tere Liye: “Ketika seseorang ingin pergi, maka jangankan 10 alasan, punya 100 alasan baik untuk tetap tinggal pun, dia tetap pergi. Tetapi ketika seseorang memutuskan ingin bertahan, maka jangankan 100 atau 10 alasan, bahkan ketika dia tidak punya alasan lagi-hanya tersisa harapan dan keyakinan, dia akan tetap bertahan”. Maka soal bertahan dan tidak adalah soal ulang restart kepahaman kita. Pilihan ada padamu wahai sahabat kebenaran.
Hari-hari ini telah melelahkan. Lelah semakin menjadi-jadi. Tanggal-tanggal dalam kalender semua putih. Tak berwarna. Putih. Lelah karena semakin deras saja hujan hambatan, gelombang ketidakpercayaan, hantaman ketidakberdayaan, dan tsunami kesenjangan. Mungkinkah hari-hari ini menjadikan kita lemah, lantas menarik diri dari gerakan dan menarik pergi. Tanpa alasan 10 bahkan 100. Atau bertahan dengan segala kepiluan asa dan rasa, yang tak punya alasan. Hanya 0 alasan.
Semakin pula, hari-hari ini menjadikan kita “khairu ummah” atau sebatas nama dan popularitasdan bahkan aklamasi semu? Hari-hari ini, kita berada pada mengejar aura yang kehilangan wajah. Hari-hari ini, kita berada pada mengejar optimisme yang dibawa lari zaman. Hari-hari yang penuh lelah mengejar status yang tidak diakui zaman. Oh…hari-hari yang telah mengurangi pesona. Lalim. Semoga kita semua bergerak dan berada pada hari-hari yang baik. Hari-hari yang berkah dan tak ada duka sana-sini. Tak ada  lagi huru-hara. 
hari-hari ini, kita juga terlahir dari kumpulan hari. hari-hari ini, adalah hari-hari kita. kita akan bersama hari ini, hingga ada kalimat akhir dari hari ini. Koma. TITIK
Salam pergerakan…!!! Keep hamasah…
Ambon, 22 Bulan Gejolak; Maret tahun 2015

Komentar